"Jadi bukan dari pembanding DNA keluarga terdekat, tetapi dari DNA di barang peribadi milik mangsa seperti sikat, pengikat rambut dan berus gigi," kata Ketua Pasukan DVI Jawa Timur, Komisaris Besar Budiyono.
Cara tersebut digunakan kerana DNA di postmortem mangsa sudah rosak dan semakin busuk. "Jadi, kami bekerja lebih untuk mencari sumber data antemortem dari barang-barang milik peribadi mangsa," ujarnya.
Kelima jenazah tersebut adalah label B027 atas nama Yenni Soewono (38 tahun), warga Surabaya, label B035 atas nama Sesha Aldi Krisputra (15 tahun), warga Pasuruan, label B036 atas nama Hartanto Wijaya (25 tahun), warga Malang, label B040 atas nama Albertus Eka Suya Yulianto (10 tahun), asal Probolinggo, dan jenazah label B046 diketahui sebagai jenazah Kho Kusuma Chandra (55 tahun), warga Tarakan.
Anggota polis dan tentera Indonesia mengusung keranda yang mengandungi jenazah mangsa nahas QZ8501 di Surabaya pada 17 Jan. - Foto AFP/Juni Kriswanto
Dengan demikian, dari 48 jenazah dicampur tiga tambahan yang baru dikirim hari ini dari Kota Baru, Kalimantan Selatan, Hospital Bhayangkara Jawa Timur telah melakukan pemeriksaan terhadap 51 jenazah korban AirAsia, dengan 45 telah disahkan manakala enam lagi masih sedang diproses.
Pesawat AirAsia Indonesia QZ8501 terhempas 28 Disember lalu ketika dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura, dipercayai akibat cuaca buruk.