Kita banyak berhutang dengan anak-anak. Lakukan perubahan sebelum terlambat
Keluarga
September 30, 2021 11:32 MYT
September 30, 2021 11:32 MYT
Tataplah seorang demi seorang anak-anak kita yang kini berada di depan mata dan cuba imbas kembali apa yang telah kita lakukan untuk mereka sepanjang masa ini.
Adakah itu yang terbaik yang mampu kita lakukan sebagai ibu dan ayah?
Tanpa sedar kita sebenarnya telah banyak berhutang dengan mereka walau di hati kata sayang namun apa yang kita buat untuk mereka sebaliknya pula.
Contoh paling mudah dan kerap terjadi, umpamanya cuba bayangkan satu keadaan di mana apabila kita terasa penat bekerja, pantang anak buat bising habis kita marahkan mereka.
Itu belum lagi apabila anak hendak bercerita dengan kita, seringkali kita acuh tidak acuh sahaja dengan apa yang ingin disampaikan.
Hingga ada waktunya kita sendiri tidak tahu hujung pangkal perbualan dengan anak-anak dek kerana tidak memberi tumpuan kepada mereka.
Kita sentiasa mengatakan apa yang kita kerjakan atau lakukan untuk memberi kebahagiaan pada anak-anak hingga menyebabkan tanpa sedar kita telah banyak berhutang masa dengan anak-anak.
Malah ini dijelaskan dengan terperinci lagi melalui perkongsian daripada Ahmad Nasir, semoga perkongsian ini dapat menginsafkan kita untuk menghargai setiap detik waktu yang dikurniaan, perlu disyukuri dan diisi dengan penuh makna bersama insan yang kita sayangi.
Kita selalu berhutang banyak cinta kepada anak-anak.
Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah. Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar faham kesalahan yang mereka lakukan.
Kita membuat mereka menangis kerana kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.
Tetapi seburuk apa pun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka, mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, menghibur kita dengan tawa kecilnya, menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya.
Seolah semuanya baik-baik sahaja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tidak membalas cinta mereka dengan secukupnya.
Kita selalu berhutang banyak kebahagiaan untuk anak-anak kita. Kita kata kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justeru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.
Kita merasa bahawa kita boleh menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan.
Merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.
Kita selalu berhutang banyak waktu tentang anak-anak kita.
Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendakap dan bermain dengan mereka?
Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka?
Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yang selalu lebih dewasa dan bijaksana daripada kita.
Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.
Seburuk apapun kita sebagai orang tua, mereka selalu siap bila sahaja untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.
Memang kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.
Anak-anak yang setiap hari menjadi korban daripada betapa buruknya cara kita mengendalikan emosi.
Anak-anak yang menanggung akibat daripada nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri.
Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tidak bisa merancang masa depan kita sendiri.
Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencuba membuat kita bahagia.
Maka dakaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang dan penyesalan, katakan kepada mereka:
“Maafkan untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan. Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Allah tak berkenan. Maafkan kerana hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup ayah dan ibu lebih baik dari sebelumnya.”
Sumber : Ustaz Ahmad Nasir via Kartel Dakwah
* Artikel asal disiarkan di Keluarga.